Laman

Rabu, 28 April 2010

tugas kuliah

0 komentar
Tugas Kelompok

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABBASIAH



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Kegiatan Perkuliahan
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Disusun Oleh
Kelompok dua:
1. Eka Tri Wahyuni
2. Linda Jayanti
3. Vivian Zahrah
4. Zulaikha




JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) Jurai Siwo Metro
2010

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah” sebagai tugas kelompok mata kuliah Sejarah peradaban islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Erwati Ramli, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang senantiasa memberikan nasihat dan bantuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun dari segi materi itu sendiri. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Metro, April 2010


Penulis

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Awal Mula Daulah Abbasiah 2
2.2 Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiah
2.3 Pemimpin-Pemimpin Pada Masa Daulah Abbasiah
2.4 Faktor Kemunduran Daulah Abbasiah
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN


Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, daulah abbasiah didirikan oleh Abu al-Abbas. Kekuasaan Dinasti Abbasiah melanjutkan kekuasaan dinasti Umayyah. Dinamakan dinasti abbasiah Karen apendiri diniasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW.
Pada kekuasaannya daulah abbasiah mengalami tiga kali penggantian kekuasaan, yaitu Bani Abbas, Bani Buwaih, dan Bani Seljuk. Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, masa pemerintahan bani abbasiah dibigi menjadi lima periode, yaitu periode pertama(132 H / 750 M - 232 H / 847 M), periode kedua (232 H / 847 M - 334 H / 945 M), periode ketiga (334 H / 945 M - 447 H / 1055 M), periode keempat (447 H / 1055 M – 590 H / 1194 M), dan periode kelima (590 H / 1194 M – 656 H / 1258 M).

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Awal Mula Daulah Abbasiah
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam.
Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat adalah :
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut ali dan bani hasyim pada umumnya
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan
3. Pelanggaran terhadap ajaran islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan
Oleh karena itu, bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia. Gerakan ini menghimpun:
1. Keturunan Ali pemimpinnya adalah Abu Salamah
2. Keturunan Abbas pemimpinnya adalah Ibrahim al-Imam
3. Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany.
Mereka memusatkan kegiatan di Khurasan. Dengan tumbangnya daulah Umayyah dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khliafah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri daulah Abbasiah.
Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass Kekuasaan bani Abbasiah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
1. Periode pertama(132 H / 750 M - 232 H / 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (232 H / 847 M - 334 H / 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H / 945 M - 447 H / 1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiah. Periode ini disebut juga pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (447 H / 1055 M – 590 H / 1194 M), masa kekuasaan dinasti Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H / 1194 M – 656 H / 1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kot bagdad.
Sungguhpun Abu al-Abbaslah (750 - 754 M.) yang mendirikan Dinasti Abbas, tetapi pembina sebenarnya adalah Al-Mansur (754 - 775 M.). sebagai kha;ifah yang baru musuh-musuh ingin menjatuhkannya sebelum ia bertambah kuat.

2.2. Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiah
Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulat islamiyah di mana Dunia islam, mulai dari coardova di Sapnyol sampai Multan di Pakistan, mengalami pembangunan disegala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur.
Prestasi pada masa daulat Bani Umayyah yang dapat menaklukan wilayah-wilayah kerajaan Rumawi dan Persia, segera disusul dengan prestasi yang lebih hebat lagi dalam penaklukan bidang ilmu pengetahuan pada abad berikutnya. Penelaahan ilmu pengetahuan yang dilakukan sejak bani Umayyah menjadi usaha besar-besaran pada masa bani Abbas.
Kondisi pada masa bani Abbas telah memungkinkan untuk melaksanakan hal tersebut, mengingat bahasa Arab telah mencapai taraf ksempurnaan.
Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah Ja’far al-Mansur. Setelah ia mendirikan kota Bagdad (144 H/762 M) dan menjadikannya ibukota Negara. Ia banyak menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Bagdad. Ia merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid, hadits, atau ilmu lain seperti ilmu bahasa dan ilmu sejarah. Akan tetapi yang lebih mendapat perhatian adalah penerjamahan buku ilmu yang berasal dari luar.
Di masa ini pulalah terjadi buat pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak anatara islam dengan kebudayaan barat, atau tegasnya dengan kebudayaan Yunani klasik yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia, dan Persia. Didorong oleh ayat-ayat al-Qur’an yang menganjurkan kepada umat islam supaya menghargai kekuatan akal yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia dan didorong oleh ajaran Nabi Muhammad SAW supaya umat islam senantiasa mencari ilmu pengetahuan, kontak dengan kebudayaan barat itu membawa masa yang gilang-gemilang bagi islam.
Cendikiawan-cendikiawan islam bukan hanya menguasai illmu pengetahuan dan falsafah yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani itu, tetapi menambahkan ke dalamnya hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam lapangan falsafat.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkena nama Al-Farazi (abad VII) sebagai astronom islam yang pertama kali menyusun astrolabe . Al-Fargani, yang dikenal di Eropah dengan nama Al-Farganus, mengarang ringkasan tentang ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.

2.3. Pemimpin-Pemimpin Pada Masa Daulah Abbasiah
Khalifah yang memimpin daulat Abbasiah ada 37, yaitu Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M), Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M), Khalifah Al-Mahdi (775-785 M), Khalifah Al-Hadi (785-786 M), Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M), Khalifah Al-Amin (809-813 M), Khalifah Al-Makmun (813-833 M), Khalifah Al-Muktasim (833-842 M), Khalifah Al-Wasiq (842-847 M), Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M), Khalifah Al-Muntasir (861-862 M), Khalifah Al-Mustain (862-866 M), Khalifah Al-Muktazz (866-869 M), Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M), Khalifah Al-Muktamid (870-892 M), Khalifah Al-Muktadid (892-902 M), Khalifah Al-Muktafi (902-908 M), Khalifah Al-Muktadir (908-932 M), Khalifah Al-Kahir (932-934 M), Khalifah Ar-Radi (934-940 M), Khalifah Al-Mustaqi (940-944 M), Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M), Khalifah Al-Mufi (946-974 M), Khalifah At-Tai (974-991 M), Khalifah Al-Kadir (991-1031 M), Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M), Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M), Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M), Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M), Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M), Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M), Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M), Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M), Khalifah An-Nasir (1180-1224 M), Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M), Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M), dan Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M).
Khalifah-khlaifah yang terkeenal antara lain:
A. ABUL ABBAS AL-SAFFAH
Abdullah Ibn Muhammad (lahir 104 H/ 723 M) menjabat khalif-pertama Daulat Abbasiah dengan panggilan Khalif Abul-Abbas Al—affah (132-136 H/ 750-754 M). Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M.
Setiap para penguasa itu sepanjang sejarah adalah manusia biasa belaka dengan titik kelemahan dan titik kekuatan dalam sejarah hidupnya. Titik kekuatan dalam sejarah pemerintahan khalif abul-Abbas yang muda belia itu adalah kemampuannya memadamkkan perusahan dan pemberontakan yang meluas semenjak pengujung masa kekuasaan daulat umayyah (661-750 M) dan masa-masa permulaan kekuasaan daulat Abbasiah (750-1256 M) hingga keamanan berangsur pulih kembali dalam wilayah islam yang sedemikian luas dewasa itu, sejak dari perbatasan Thian Shan di sebelah timur dan pegunungan pyrenees di sebelah barat, dan hal itu melegakan kalangan rakyat umum kembali di dalam kehidupannnya.

B. ABU JA’FAR AL-MANSUR
C. HARUN AL-RASYID

2.4. Faktor Kemunduran Daulah Abbasiah
Faktor-faktor yang membuat Daulah Abbasiyah menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Di antara faktor-faktor intern adalah:
1. Adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia dan Turki.
2. Terjadinya perselisihan pendapat di antara kelompok pemikiran agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.
3. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan.
4. Terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan politik.
Sedangkan faktor-faktor ekstern yang terjadi adalah,
1. Berlangsungnya perang salib yang berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang paling menentukan adalah faktor
2. Adanya serbuan tentara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.




BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan pada BAB sebelumnya maka dapat disimpulkan oleh penulis bahwa:
Bani abbasiah



DAFTAR PUSTAKA


Nasution Harun, 1979, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, UI Press: Jakarta

Sou’yb Joesoep, 1977, Sejarah Daulat Abbasiah, Bulan Bintang: Jakarta

Sunanto Musyrifah,2004, Sejaraj Islam Klasik, Prenada Media: Jakarta

Yatim Badri, 2000, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta